Senin, 28 Desember 2015

Tugas Proposal Penelitian Ilmiah


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA



MENGANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SEPEDA MOTOR YAMAHA

Disusun Oleh  :
                                                 Nama          :  Aris Setiawan
                                                 NPM           :  21213364
                                                 Kelas           :  3EB21

Proposal Penelitian Ilmiah

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali terdapat merk-merk sepeda motor yang ditawarkan kepada konsumen seperti merk YAMAHA, HONDA, SUZUKI, KAWASAKI, KTM dan lain sebagainya. Dimana masing-masing merk motor tersebut berusaha untuk membuat produknya lebih unggul dibandingkan merk lain maka, kegiatan pemasaran yang baik dan tepatlah yang memegang peranan yang penting dalam menunjang kelangsungan usaha dan perkembangan suatu perusahaan. Dengan kata lain pihak produsen harus mampu merebut hati konsumen akan hasil suatu produksi yang dijual dan berupaya untuk memuaskan konsumennya.
Dalam meahami perilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen memiliki sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya yang berakibat langsung terhadap prilaku konsumen. Faktor eksternal tersebut meliputi, kebudayaan, sub budaya, kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan faktor internalnya adalah faktor yang ada pada diri konsumen itu sendiri ( psikologis ) yang meliputi : belajar, kepribadian, dan konsep diri, serta sikap. ( Stanton,1996:155 ).
Dan oleh sebab itu, konsumen harus dapat mengendalikan perubahan prilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan melalui evaluasi berkala demi kelangsungan hidup produsen itu sendiri. Tidak semua sepeda motor diminati oleh sebagian besar konsumen yang ada, tetapi hanya beberapa saja.
Sepeda motor YAMAHA sepertinya sudah menjadi tuntutan para pengendara sepeda motor terutama pengendara yang tidak mau repot ketika mau memindahkan gigi motornya, karena motor ini tidak mengunakan sistem pemindah gigi pada motor bebek lainya. Melainkan ketika mengendarainya pengendara hanya cukup mengatur gas nya saja. Melihat keadaan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen yang yang merupakan salah satu dasar dalam menerapkan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan, yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen,sehingga diharapkan dapat membawa kepada peningkatan penjualan yang berakibat langsung pada peningkatan pasar. 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan,maka dapat diidentifikasikan beberapa hal sebagai berikut :
  • Banyaknya merk-merk sepeda motor yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen. 
  • Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang cukup efesien dan mudah mengunakannya.
  • Pentingnya memahami prilaku konsumen untuk meningkatkan penjualan
  • Sepeda motor YAMAHA diminati oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Kampus J1.
Sehingga berdasarkan uraian diatas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apakah faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi secara simultan mempengaruhi prilaku konsumen dalam membeli sepeda motor YAMAHA 
  2. Dari faktor-faktor tersebut, faktor manakah yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen terhadap pembelian sepeda motor YAMAHA ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.  Tujuan Penelitian
    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1.1  Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA, dilihat dari harga, selera, kuallitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi.
1.2 Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi prilaku konsumen dalam pemnelian sepeda motor YAMAHA.

2. Manfaat Penelitian
     Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.1 Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan strategi dibidang pemasaran untuk mengimbangi usaha bisnis mereka.
2.2   Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1.   Pengetian Pemasaran
      Sehubungan dengan permasalahannya yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlikan teori-teori dan konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan dewasa ini, pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor penting untuk bertahan menjalan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan faktor penting sebagai strategi perusahaan dalam menjalankan usahanya terutama yang berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran.
      Menurut Kotler ( 2002 : 9 ) “Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
     Menurut Stanton ( 1996 : 6 ) “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.”
    Menurut Lamb, Hair, Me Daniel ( 2001 : 6 ) “Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.”
    Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pemasaran bukan hanya kegiatan menjual barang maupun jasa tetapi juga meliputi kegiatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan berusaha mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai. 
  Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami tingkah laku konsumen tersebut.Sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk secara lebih baik. Dengan mempelajari prilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan, mengidentifikasi, serta menentukan segmentasi pasar.

2.  Prilaku Konsumen
    Menurut Swasta ( 1996 : 6) “Prilaku konsumen dapat didefisikan sebagai kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan termasuk mempergunakan barang dan jasa keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tersebut.”
     Menurut Peter J. Paul dan Jerry C. Olson ( 200 : 6 ) “Prilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kondisi kejadian disekitar lingkungan, dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam kehidupan mereka.”
   Dari dua jenis definisi di atas dilihat ada dua hal penting dari prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatlkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa secara ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Pembelian Konsumen
a.    Kebudayan
      Kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan mendalam terhadap prilaku konsumen yang terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas sosial. Budaya merupakan karakter yang paling penting dari suatu sosial yang membedakannya hanyalah dari kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan prilaku paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari keseluruhan suatu budaya, terbagi dalam suatu strata atau kelas sosial, kelas sosial merupakan kelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka sendiri.

b.  Faktor Sosial
     Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat orang lain dari sekitar dan lingkungannya tentang produk apa yang akan dibeli. Karena itulah lingkungan sosial ini memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen, faktor sosial ini terdiri dari 3 ( tiga ) bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan kosumsi, keluaga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Suatu produk atau merk dapat mengambarkan peran dan status pemakainya.

c. Faktor Pribadi
    Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktifitas dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan barang dan jasa yang berkualitas.
   Selain itu kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk, konsep diri adalah bagaimana konsumen memprepsikan diri mereka sendiri yang meliputi sikap, persepsi-persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri karena sangat berguna dalam menganalisis prilaku konsumen sehingga perusahaan mengunakan konsep yang berhubungan dengan keprinadian seseorang.

d. Faktor Psikologis
    Sikap  pembelian psikologis dipengaruhi oleh 4 ( empat ) faktor psikologis utama yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepercayaan. Motivasi merupakan bentuk yamg mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar sesorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa keyakinan mengenai ciri-ciri suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut.

e. Faktor Pribadi
     Menurut Kotler ( 2002 : 204 ) “Tujuan pemasaran adalah mempengaruhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan yang menjadi sasaran. Pada bidang prilaku konsumen ini mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, dan membuang barang dan jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan keputusan dari hasrat mereka. Para perusahaan yang cermat melakukan riset atau quesioner atas proses keputusan yang ada dalam jenis produk mereka. Ketika membuat keputusan untuk membeli suatu produk kosumen melewati tahap-tahap sebagai berikut :
  1.  Pengenalan Masalah, Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. pembeli merasakan perbedaan antara keadaan akatualnya dengan keadaan yang diingunkannya. Kebutuhan umum seseorang seperti lapar dan haus saat mencapai titik tertentu dapat menjadi dorongan. Kebutuhan dapat juga ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika seseorang memperhatikan atau melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangasangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu jenis bproduk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi pemasaran yang mampu memacu minat konsumen.
  2. Pencarian Informasi, Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka produk dan merk harus diidentifikasikan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam mencapai berbagai alternative untuk memuaskan kebutuhan konsumen dipengaruhi oleh  faktor-faktor seperti beberapa banyak biaya waktu, beberapa banyak informasi dari masa lalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan pembelian selanjutnya. Secara umum konsumen mendapatkan informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didiominasi oleh pemasar.
  3. Evaluasi Alternatif, Jika semua alternatif yang wajar diidentifikasikan, konsumen harus mengeveluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merk. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan keluarga dan orang lain. Beberapa konsep dasar akan membantu pemasar dalam memahami evaluasi konsumen yakni yang pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandand setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan.
  4. Keputusan Pembelian, Setelah mencari dan mengevaluasi berbagai alternative untuk memenuhi kebutuhan pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merk, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-lain.
  5. Prilaku Paska Pembelian, Saat membeli suatu produk, bagi seseorang konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidak puasan tertentu. Perasaan konsumen setelah melakukan pembelian dapat mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang dikatakn konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk tersebut. Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli, kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena setiap alternative yang dihadapi konsumen memiliki kelebihan dan kekurangan.
B. Kerangka Analisa
     Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan sepeda motor YAMAHA dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Kampus J1.
      │
      Tanggapan terhadap pelanggan
      │
    Tingkat kepuasan pelanggan sepeda motor YAMAHA dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Kampus J1.

C. Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis I
Ho: Diduga faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi, secara simultan tidak berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA.
Ha: Diduga faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi, secara simultan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA.

b. Hipotesis II
Ho: Diduga faktor kualitas tidak mempunyai pengaruh dominan terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA dilingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Kampus J1.
Ha: Diduga faktor kualitas mempunyai pengaruh dominan terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA dilingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Kampus J1.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Lokasi Penelitian
      Penelitian ini mengambil lokasi pada Fakultas Ekonomi Gunadarma Kampus J1 yang beralamatkan Jl. KH. Noer Ali, Kalimalang, Bekasi.

B.   Populasi dan Sampel
1.  Populasi penelitian
    Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Kampus J1 yang membeli sepeda motor YAMAHA.

2.   Sampel Penelitian
     Karena jumlah populasi yang sangat besar yaitu lebih dari 100 dan keterbatasan waktu, serta tenaga yang dimiliki, maka jumlah yang akan diambil sebanyak 50 responden yang terdapat dalam populasi tersebut. Dimana menurut Arikunto ( 2002 : 12 ) jika populasi lebih dari 100 orang maka diambil sampai 5%-10% atau 20%-30% dari jumlah populasi. Sedangkan menurut Guilford ( 1987 : 125 ) jumlah sampel yang diambil adalah lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 responden dimana semakin besar sampel akan memberikan hasil yang akurat.

C.  Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :
  • Data Kualitatif, Yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar, seperti literatur-literatur serta teori-teori yang berkaitan dengan penelitian penulis.
  • Data Kualintatif, Yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan ( scoring ).
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa : 

  • Data Primer, Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui wawancara dan quesioner dilapangan.    
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Interview
   Yaitu suatu metode yang secara langsung mengadakan wawancara kepada koresponden dengan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data primer.
b. Quesioner
    Yaitu teknik pengambilan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawab.

E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.  Variabel Terikat ( Y )
    Yaitu, perilaku konsumen dalam membeli sepeda motor dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Kampus J1.
2.  Variabel Bebas ( X )
     Harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi. Untuk mengetahui hasil tanggapan responden terhadap variabel-variabel penelitian maka digunakan data interval skala 0 10, sedangkan untuk mengetahui pengukuran dan interprestasi data, maka data internal dibagi menjadi 5 ( lima ) skor interval sebagai berikut   :
      0 ≤ 2 skor 1
      2,1 ≤ 4 skor 2
      4,1 ≤ 6 skor 3
      6.1 ≤ 8 skor 4
      8,1 ≤ 10 skor 5

F.  Defenisi Operasional Variabel
1.  Harga ( X.1 )
     Melihat tanggapan konsumen mengenai variabel harga-harga sepeda motor YAMAHA dibandingkan dengan produk yang sejenis.
      X.1.1 Perbandingan dengan harga pesaing
    Tanggapan konsumen terhadap perbandingan harga sepeda motor YAMAHA dengan sepeda motor lain seperti, HONDA, SUZUKI KAWASAKI, dan lain-lain. Diukur dalam rupiah.
      X.1.2 Harga yang ditetapkan 
   Tanggapan konsumen terhadap harga yang ditetapkan dari produk yang dibeli konsumen. Diukur dalam rupiah.

2.  Selera ( X.2 )
    Gambaran produk sepeda motor YAMAHA yang diinginkan konsumen dalam memberikan kesenangan dan kepuasan. Indikatornya adalah : 
      X.2.1 Jenis Model
     Penilaian konsumen terhadap berbagai tipe pilihan sepeda motor YAMAHA  yang ditawarkan oleh produsen.
      X.2.2 Warna
      Penilaian konsumen terhadap ragam pilihan warna yang ada pada sepeda motor YAMAHA.
      X.2.3 Penampilan Luar atau Body
      Penilaian penampilan luar sepeda motor YAMAHA dibandingkan dengan produk pesaingnya.
      X.2.4 Ukuran Isi Sylinder Mesin atau CC
    Penilaian konsumen terhadap ukuran isi sylinder mesin atau cc terhadap sepeda motor YAMAHA dibandingkan produk pesaingnya. Ketiga indikator diatas diukur berdasarkan tingkat kesenangan dan kepuasan konsumen.

3.  Kualitas ( X3 )
     Melihat tanggapan konsumen terhadap kualitas sepeda motor YAMAHA .    
     X.3.1 Kenyamanan
     Penilaian konsumen pada saat mengunakan sepeda motor YAMAHA.
     X.3.2 Daya Tahan
   Penilaian konsumen terhadap usia operasional sepeda motor YAMAHA yang diharapkan dalam berbagai kondisi cuaca.

4.  Harga Jual Kembali ( X4 ) 
    Mengetahui tanggapan kosumen terhadap harga jual kembali dan kemudahan dalam memasarkan produk yang sudah dipakai.
      X.4.1 Harga Jual Kembali
      Penilaian konsumen terhadap harga sepeda motor YAMAHA. Diukur dalam rupiah.
     X.4.2 Pemasaran Produk Purna Pakai
     Penilaian konsumen terhadap tingkat kemudahan pemasaran dan penerimaan dari konsumen lainnya terhadap harga jual sepeda motor YAMAHA purna pakai. Di ukur berdasarkan perlakuan.

5.  Prestice ( X5 )
   Nilai kebanggan yang dirasakan seseorang akibat penggunaan suatu produk. Diukur dari tingkat kesenangan konsumen.

6.  Promosi ( X6 )
    Suatu bentuk komunikasi pemasaran seperti akivitas untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk konsumennya untuk membeli sepeda motor YAMAHA.
      X.6.1 Iklan
     Tanggapan konsumen terhadap iklan sepeda motor YAMAHA yang disampaikan oleh pemasar. Dapat diukur dari frekuensi, luas jangkauan, serta ukuran.
     X.6.2  Hadiah
    Respon konsumen terhadap sikap simpatik pemasar pada saat membeli sepeda motor YAMAHA. Diukur berdasarkan tingkat kesenangan konsumen.

G. Uji Validasi dan Reabilitasi Instrumen Penelitian
     Uji Validasi dan Reabilitasi instrumen penelitian ini dimaksudkan agar data yang diproleh dengan cara penyetaraan quesioner valid dan reliable. Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mampu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrumen menunjukan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud ( Suharsimi Arikunto, 145 : 2002 )
    Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validasi item, yaitu menguji terhadap kualitas item-itemnya, yaitu dengan menghitung koreasi antara setiap item dengan skor total sebagai kriteria validitasnya.
   Uji realibilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengukuran realibilitasi dilakukan dengan menggunakan koefesien Alpha Cronbach (a). Dimana biasanya reabilitas minimal 0,5.

H. Teknik Analisa Data
    Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan teknik analisis statistik dengan menggunakan program SPPS, dimana rumus statistik yang digunakan adalah Linier Multiple Regression ( regresi liniear berganda ), dimana fungsinya adalah :

    Fungsi tersebut menerangkan hubungan antara dua variabel bebas ( X ) dan variabel terikat ( Y ), Dimana :
      Y : Prilaku konsumen
a : Konstanta
b1 s/d b6 : Koofesien Regresi
          X1 : Harga
          X2 : Selera
          X3 : Kualitas
          X4 : Harga Jual Kembali
          X5 : Prestise
          X6 : Promosi
             e : Faktor ganguan

I.  Uji asumsi Klasik
a.  Uji Multikolinieritas
    Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi antara variabel indipendent, jika terjadi kolerasi maka terdapat problem multikolinieritas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas antar variabel, dapat dilihat dari Variabel Inflation ( VIF )  dari masing-masing variabel
   bebas terdapat variabel terikat. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas ( Gujarati, 1995 ).

b.  Uji Heteroskedastisitas
    Uji heterskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi kesamaan varian dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika varial residual dari suatu pengamat kepengamatan yang lain tetap, maka disebut omoskedasitisitas. Dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas ( Santoso, Singgih 2002 : 208 ). Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalm penelitian ini mengunakan metode Sperman Rank Corellation. Apabila hasil pengujian menunjunkan lebih dari α = 5% maka tidak ada heteroskedastisitas.

c.  Uji Autokorelasi
     Uji autokolerasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam pesamaan regrasi mengandung korelasi atau tidak diantara variabel penggangu. Menurut Singgih Santoso ( 2002 : 219 ) untuk mengetahui adanya autokoelasi digunakan uji Durbin-Watson mendekati angka 2 ( dua ) berarti tidak ada autokorelasi.

d.  Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel independent, variabel dependent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya digunakan uji Kolmongorov-Smirnov, menurut Singgih Santoso ( 2001 : 214 ) pedoman pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu, bila nilai Sig atau signifikan lebih besar daripada 0,005 maka distribusi adalah normalitas ( simetris ).
                                                              























Minggu, 15 November 2015

Contoh Karya Non Ilmiah


Biografi  Habibie
Pasti kalian tidak asing lagi mendengar nama Habbie. Salah satu tokoh jenius di Indonesia bahkan di dunia karena memiliki IQ 200 mengalahkan Albert Einstein (IQ 160) , Galileo Galilei (IQ 160) dan Sir Issac Newton (IQ 190) dimana sebelum IQ Habibie di ketahui issac pernah di kenal sebagai tokoh yang memiliki peringkat  IQ tertinggi di dunia. Namun sekarang peringkat IQ tertinggi masih bertahan untuk pak Habibie.



Pendidikan B. J. Habibie
Pak habibie sapaan akrabnya memiliki nama asli yakni Bacharuddin Jusuf Habibie, lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan suami istri Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil habibie dan saudara – saudaranya dihabiskan di pare – pare sualawesi selatan. Sejak kecil habibie dikenal cerdas dan tegas, namun pada usia 14 tahun beliau harus ditinggal oleh ayahnya yang meninggal karena serangan jantung pada tanggal 3 September 1950. Akhirnya ibunya memutuskan menjual rumah yang di Sulawesi dan pindah ke Bandung.
Seusai lulus SMA di Bandung Habibie melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung mengambil program studi Teknik Mesin tahun 1954. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar Doktor dalam program studi konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH), Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Kembalinya Habibie ke Indonesia
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI
menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Dikutip dalam buku yang pernah ditulis oleh Habibie. Beliau mengatakan

Berdasarkan kutipan dari buku yang ditulis oleh Habibie diatas, dijelaskan bahwa pak Habibie sangat terkenal di Indonesia dari salah satu jasanya dalam membuat pesawat terbang bejenis N250. Tetapi dengan kemampuan jeniusnya itu, Habibie seakan – akan tidak dipergunakan oleh Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai direktur utama di Industri Pesawat Terbang  Nusantara (IPTN) yang bergerak dalam perancangan pembuatan pesawat terbang. Tidak bertahan lama, industri tersebut ditutup atas perintah presiden, 16ribu tenaga ahli berpotensi yang bekerja disana diberhentikan, dan mereka semua bertebaran di berbagai negara, khususnya seperti pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa. Melihat kejadian itu Habibie hanya bisa merasakan sakit hati yang amat dalam dan tidak bisa berbuat apa – apa.
Kesetiaan Habibie
Rasa sakit hati terhadap Negara, hujatan dari orang lain terhadap dirinya dan rasa lelah pak Habibie, selalu ada penenang hati yakni sang istri ibu Ainun sampai akhir hayatnya setia selalu berada disamping pak Habibie. Dan pada tanggal 22 Mei 2010, Hasri Ainun Habibie (ibu Ainun), istri BJ Habibie, meninggal di Rumah Sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinikum, Muenchen, Jerman. Pada hari Sabtu pukul 17.30 waktu setempat atau 22.30 WIB.
Habibie sangat berduka atas meninggalnya sang istri, ia sampai di vonis para dokter mangalami gila dan bisa mati dalam waktu tiga bulan. Tetapi pak habibie bukan sosok yang mudah putus asa, dia bangkit dan tetap menjaga kesetiaanya untuk ibu Ainun. Pak Habibie tidak pernah absen setiap jum’at sebelum zuhur, mengunjungi makam ibu Ainun, dan selalu rutin meminta tolong ke penjaga makam untuk mengganti bunga diatas makam bu Ainun setiap dua hari sekali. Semua itu dilakukan pak Habibie sebagai bukti cinta dan kesetiaanya beliau kepada sang istri.

SUMBER :
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-bj-habibie.html


Kamis, 14 Mei 2015

Kasus yang Berkaitan dengan Perekonomian International

Nama : Aris Setiawan
NPM  : 21213364
Kelas : 2EB21

Kasus Perekonomian Internsional 

Kali ini saya mengambil tema dari sumber yang telah saya cari yakni kasus perekonomian internasional yang melibatkan negara Indonesia.

PERTAMA
kasus penemuan tindak korupsi proyek transportasi daerah untuk Indonesia Timur ( Eastern Indonesia Regional Transport Project- EIRTP) dan proyek Infrastruktur Jalan Strategik ( Strategic Roads Infrastructure Project - SRIP) oleh Bank Dunia   

     Bank Dunia telah selesai menyelidiki bukti- bukti yang ditemukan terkait suatu perusahaan konsultan yang diduga sebelumnya ikut terlibat dalam jalannya proyek EIRTP dan SRIP. Dari hasil penyelidikan ditemukan bahwa perusahaan konsultan tersebut menyediakan fasilitas dan sarana gratis dengan angka melebihi US$ 6 pada proyek EIRTP dan persiapan proyek SRIP.
       Sri Mulyani sudah meminta kepala Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau BPKPdan menteri Pekerja Umum agar melakukan tindakan aministratif dan tindakan hukum agar melakukan penyelidikan terhadap tuduhan.
        Dalam hal ini baik pemerintah Indonesia maupun Bank Dunia telah menyepakati standar-standar yang kuat dalam mengantisipasi segala resiko korupsi pada sektor jalan yang akan dilakukan oleh SRIP. Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia akan melakukan kerangka kunci terkait agenda anti korupsi pada kasus ini :
  1. Pemerintah Indonesia bakal melakukan peningkatan empat pengaman spesifik dengan melalui kerangka kerja anti korupsi yang lengkap.
  2. Pemerintah Indonesia bakal mmperkuat kemampuan pengawasan dan pengamanan fidusier pada kementrian Pekerjaan Umum.
  3. Pihak Bank Dunia bakal bekerja berdampingan sekaligus mendukung badan pemerintahan yang relevan yaitu Badan Pemeriksa Keuangan.
  4. Pihak Bank Dunia bakal bekerja dengan Pemerintah Indonesia pada jangka waktu cukup panjang dalam membangun  kerangaka kerja tata kelola yang kuat serta berkelanjutan.
KEDUA
Kasus Pemailitan Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (AJMI)
     Wakil Presiden Hamzah Haz memanggil menteri keuangan Menkeu Boediono agar mengetahui secara langsung perkembangan kasus pemailitan PT. Asuransi Manulife Indonesia. Sebelumnya, pihak pemerintahan Kanada dan perusahaan asuransi Kanada yakni Manulife Financial Insurer sebagai pemilik saham AJMI melayangkan protes dalam kasus tersebut.
       Sebelumnya pihak Majelis Hakim Pengadilan Niaga jakarta dengan ketuanya Hasan Bakri menyatakan pailit tehadap AJMI dengan berdasarkan pada kurator PT Dharmala Sakti Sejahtera (DSS) Paul Sukran setelah menilai AJMI gagal membayar deviden tahun 1999 sebesar Rp 32,7 miliyar. Pihak AJMI kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Sementara itu sesudah pertemuan dengan wapres, Menkeu menyatakan bahwa AJMI adalah perusahaan sehat (Solvent) serta mempunyai posisi keuangan yang kuat.
     Berhubungan dengan masalah ini, Internastional Finance Corporate (IFC), anak perusahaan Bank Dunia mempertanyakan keputusan pemailitan oleh Pengadilan Niaga Jakarta karena IFC juga mempunya 9% saham di AJMI. Menurut pihak IFC, pemailitan AJMI yang merupakan sebuah perusahaan yang solvent sangat membingukan sekaligus membuat investor menjadi takut berinvestasi di Indonesia.

 SUMBER :
http://www.bimbie.com/kasus-ekonomi-internasional.htm

Sabtu, 24 Januari 2015

Pembangunan Koperasi


Pembangunan Koperasi Di Negara Berkembang
Kendala yang dihadapi masyarakat dalam mengembangkan koperasi di Negara berkembang adalah sebagai berikut :
1.       Sering koperasi, hanya dianggap sebagai organisasi swadaya yang otonom partisipatif dan demokratis dari rakyat kecil (kelas bawah) seperti petani, pengrajin, pedagang dan pekerja/buruh
2.       Disamping itu ada berbagai pendapat yang berbeda dan diskusi-diskusi yang controversial mengenai keberhasilan dan kegagalan seta dampak koperasi terhadapa proses pembangunan ekonomi social di negara-negara dunia ketiga (sedang berkembang) merupakan alas an yang mendesak untuk mengadakan perbaikan tatacara evaluasi atas organisasi-organisasi swadaya koperasi.
3.       Kriteria ( tolok ukur) yang dipergunakan untuk mengevaluasi koperasi seperti perkembangan anggota, dan hasil penjualan koperasi kepada anggota, pangsa pasar penjualan koperasi, modal penyertaan para anggota, cadangan SHU, rabat dan sebagainya, telah dan masih sering digunakan sebagai indikator mengenai efisiensi koperasi.
Cara mengatasi perbedaan pendapat tersebut dengan menciptakan 3 kondisi yaitu :
Koqnisi
Apeksi
Psikomotor

Konsepsi mengenai kebijakan pemerintah dalam perkembangan koperasi yang otonom dalam bentuk model tiga tahap, yaitu :

Tahap pertama : Offisialisasi
      Pemerintah secara sadar mengambil peran besar untuk mendorong dan mengembangkan prakarsa dalam proses pembentukan koperasi. Lalu membimbing pertumbuhannya serta menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan. Sasarannya adalah agar koperasi dapat hadir dan memberikan manfaat dalam pembinaan perekonomian rakyat, yang pada gilirannya diharapkan akan menumbuhkan kembali kepercayaan rakyat sehingga mendorong motivasi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan koperasi tersebut.
Tahap kedua : De Offisialisasi
           Ditandai dengan semakin berkurangnya peran pemerintah. Diharapkan pada saat bersamaan partisipasi rakyat dalam koperasi telah mampu menumbuhkan kekuatan intern organisasi koperasi dan mereka secara bersama telah mulai mampu mengambil keputusan secara lebih mandiri.

Tahap ketiga : Otonomi
           Tahap ini terlaksana apabila peran pemerintah sudah bersifat proporsional. Artinya, koperasi sudah mampu mencapai tahap kedudukan otonomi, berswadaya atau mandiri.
Kelemahan-kelemahan dalam penerapan kebijakan dan program yang mensponsori pengembangan koperasi, yaitu :
     Untuk membangkitkan motivasi para petani agar menjadi anggota koperasi desa, ditumbuhkan harapan-harapan yang tidak realistis pada kerjasama dalam koperasi bagi para anggota dan diberikan janji-janji mengenai perlakuan istimewa melalui pemberian bantuan pemerintah.
     Selama proses pembentukan koperasi persyaratan dan kriteria yang yang mendasari pembentukan kelompok-kelompok koperasi yang kuatdan, efisien, dan perusahaan koperasi yang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya secara otonom, tidak mendapat pertimbangan yang cukup.
     Karena alas an-alasan administrative, kegiatan pemerintah seringkali dipusatkan pada pembentukan perusahaan koperasi, dan mengabaikan penyuluhan, pendidikan dan latihan para naggota, anggota pengurus dan manajer yang dinamis, dan terutama mengabaikan pula strategi-strategi yang mendukung perkembangan sendiri atas dasar keikutsertaan anggota koperasi.
     Koperasi telah dibebani dengan tugas-tugas untuk menyediakan berbagai jenis jasa bagi para anggotanya (misalnya kredit), sekalipun langkah-langkah yang diperlukan dan bersifat melengkapi belum dilakukan oleh badan pemerintah yang bersangkutan (misalnya penyuluhan).
     Koperasi telah diserahi tugas, atau ditugaskan untuk menangani program pemerintah, walaupun perusahaan koperasi tersebut belum memiliki kemampuan yang diperlukan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas dan program itu.
     Tujuan dan kegiatan perusahaan koperasi (yang secara administratif dipengaruhi oleh instansi dan pegawai pemerintah) tidak cukup mempertimbangkan, atau bahkan bertentangan dengan, kepentingan dan kebutuhan subyektif yang mendesak, dan tujuan-tujuan yang berorientasi pada pembangunan para individu dan kelompok anggota.
Pembangunan Koperasi di Indonesia
            Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting da lam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya.
        Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan, berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan.
                Pembangunan koperasi dapat diartikan sebagai proses perubahan yang menyangkut kehidupan perkoperasian Indonesia guna mencapai kesejahteraan anggotanya. Tujuan pembangunan koperasi di Indonesia adalah menciptakan keadaan masyarakat khususnya anggota koperasi agar mampu mengurus dirinya sendiri (self help).
A.   Permasalahan dalam Pembangunan Koperasi
Koperasi bukan kumpulan modal, dengan demikian tujuan pokoknya harus benar-benar mengabdi untuk kepentingan anggota dan masyarakat di sekitarnya. Pembangunan koperasi di Indonesia dihadapkan pada dua masalah pokok yaitu :
1.       Masalah internal koperasi antara lain: kurangnya pemahaman anggota akan manfaat koperasi dan pengetahuan tentang kewajiban sebagai anggota. Harus ada sekelompok orang yang punya kepentingan ekonomi bersama yang bersedia bekerja sama dan mengadakan ikatan sosial. Dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai penggerak organisatoris untuk menggerakkan koperasi ke arah sasaran yang benar.
2.       Masalah eksternal koperasi antara lain iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang jelas dan efektif untuk perjuangan koperasi, sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.

B.   Kunci Pembangunan Koperasi
            Untuk meningkatkan kualitas koperasi, diperlukan keterkaitan timbal balik antara manajemen profesional dan dukungan kepercayaan dari anggota. Mengingat tantangan yang harus dihadapi koperasi pada waktu yang akan datang semakin besar, maka koperasi perlu dikelola dengan menerapkan manajemen yang profesional serta menetapkan kaidah efektivitas dan efisiensi. Untuk keperluan ini, koperasi dan pembina koperasi perlu melakukan pembinaan dan pendidikan yang lebih intensif untuk tugas-tugas operasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, apabila belum mempunyai tenaga profesional yang tetap, dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang terkait.